PROBLEM BASED LEARNING
Berikut adalah Video Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Kata “kontekstual” berasal dari “konteks” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung dua arti.
KUIS MATEMATIKA
Untuk teman-teman yang ingin mengasah kemampuan matematikanya, bisa dicoba kuis di bawah ini.
LATIHAN SOAL MATEMATIKA
Soal Matematika Online mulai dari SD, SMP, dan SMA.
PELUANG
Video pembelajaran materi PELUANG.
Kamis, 02 Agustus 2018
Sabtu, 21 Juli 2018
3D SHAPE
Probabilitas (Peluang) 2
Standart Kompetensi :
Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam pemecaha masalah
Kompetensi Dasar :
Menentukan ruang sampel suatu percobaan
Indikator :
1. Menentukan banyak kemungkinan kejadian dari berbagai situasi
2. Menentukan peluang dua peristiwa yang saling bebas
Sebagai evaluasi cobalah kerjakan soal-soal di bawah ini.
Misalnya adit mengundi sebuah mata uang logam Rp 500 sebanyak 3 kali.
1. Apakah dua peristiwa B dan C saling bebas ?
2. Apakah dua peristiwa A dan C saling bebas ?
3. Apakah dua peristiwa A dan Bc saling bebas ?
4. Apakah dua peristiwa Ac dan B saling bebas ?
5. Apakah dua buah peristiwa Ac dan Bc saling bebas ?
Selamat belajar... semoga unggahan ini bemanfaat untukmu :)
ANGGARAN DASAR / ANGGARAN RUMAH TANGGA PGRI
1. 1 POKOK-POKOK AD/ART PGRI
A. Pengertian
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) adalah landasan utama dan terutama sebuah organisasi yang harus dipegang teguh oleh anggota dan pengurus. AD/ART bersifat lentur yang memberi ruang gerak para pelaksana organisasi tetapi juga harus memberikan arahan sehingga tersedia pegangan serta acuan bagi para pelaku organisasi. AD/ART dapat mengantisipasi arah perkembangan pemerintahan, politik, kemasyarakatan, organisasi, tuntutan anggota dan tantangan masa depan.
B. Isi singkat AD/ART PGRI
a. Pembukaan
Dalam pembukaan AD/ART PGRI antara lain harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Nama “Persatuan Guru Republik Indonesia atau PGRI;
2. Kesinambungan dengan awal berdirinya organisasi sehingga kita yang hidup sekarang dan yang akan datang hanyalah penerus dan bukanlah pendiri PGRI;
3. Tanggal dan tempat berdirinya pertama berdirinya PGRI harus tercantum resmi yaitu Surakarta atau Solo pada 25 November 1945;
4. Jatidiri organisasi secara singkat harus tersurat sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan karena itu terbaca pada tujuan didirikannya PGRI yang pertama kali;
5. Sifat organisasi PGRI tercantum juga sebagai organisasi yang unitaristik, independent, dan non politik praktis;
6. Asas dan dasar organisasi yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan;
7. Pernyataan tekad para pengurus PGRI untuk mempertahankan dan meneruskan cita-cita para pendiri serta berjanji tidak akan menyelewengkan organisasi sebab kalau tidak ada janji dan tekad ini, para penerus tidak berhak menjadi dan bukan “penerus” PGRI.
b. Pasal Demi Pasal Mengenai AD/ART
Sesuai dengan keputusan Konpus II pada 2001, penyempurnaan AD/ART PGRI didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
1. Otonomi daerah sehingga nomenklatur dan juga akronim harus disesuaikan pada semua tingkat organisasi serta perangkat dan alat perlengkapannya seperti kata daerah tingkat I,tingkat II, yang mengakibatkan organisasi PGRI harus menyesuaikan pada nomenklatur baru.
2. Otonomi daerah juga mengakibatkan struktur pemerintah yang berubah menuntut kewenangan dan keleluasaan organisasi di daerah. Dengan berpindahnya kewenangan mengelola pendidikan ke daerah maka organisasi di daerah harus mampu mengimbangi perubahan ini.
3. Praktek dan tingkah laku pengelolaan organisasi harus disempunakan.
4. Perkembangan kehidupan demokrasi yang makin menonjol akan berpengaruh pada kehidupan organisasi di masa datang.
2.2 PROGRAM KERJA PGRI
PGRI mulai tahun 1998 kembali memperlihatkan peran politiknya secara proporsional dan professional khususnya dalam melahirkan Undang-Undang yang terkait dengan guru dan pendidikan. Salah satu hasilnya adalah Undang-Undang Guru dan Dosen. Tercantumnya batas usia pensiun guru yang lebih tegas yaitu 60 tahun, tambahan kesejahteraan seperti tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, kemudahan memperoleh pendidikan bagi anak-anaknya adalah sebagian dari hal-hal yang awalnya dimunculkan oleh PGRI dan bersama dengan mitra kerja diperjuangkan dengan susah payah oleh PGRI politik bangsa.
2.3 LANDASAN, TUJUAN, FUNGSI, dan SASARAN
1. Landasan
1. Idiil : Pancasila
2. Konstitusional : UUD 1945
3. Operasional : a. AD dan ART PGRI
b. Strategi Dasar Perjuangan PGRI dalam memasuki Era Baru Abad XXI.
2. Tujuan
a. Mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan NKRI dan mempertahankan, mengamankan, serta mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
b. Berperan serta aktif mencapai tujuan nasional dlam mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
c. Berperan serta mengembangkan sistem dan pelaksanaan Pendidikan Nasional.
3. Fungsi
a. Memberi arahan tentang pokok-pokok program yang akan dijadikan pedoman bagi organisasi dalam menjalankan kegiatannya.
b. Memberi arahan kepada organisasi didalam menjalankan reformasi organisasi.
c. Memeberi arahan kepada organisasi dalam iku serta menetapkan langkah-langkah dalam melaksanakan reformasi pendidikan nasional.
4. Sasaran
1. Refungsional dan revitalisasi jatidiri PGRI sehingga memiliki landasan kejuangan yang kuat serta memiliki visi yang memberikan motivasi, daya pikat, dan daya rekat yang mampu menghimpun para guru dalam satu wadah dan kegiatan kejuangan.
2. Restrukturisasi dan penataan organisasi dari Pusat sampai Daerah yang meliputi seluruh tatanan organisasi PGRI termasuk Anak Lembaga, Badan Khusus, dan Himpunan Profesi dan keahlian sejenis.
3. Meningkatkan kesadaran seluru Pengurus PGRI dari Daerah sampai Ranting mengenai perlunya perubahan sikap, perilaku, awasan, dan tanggung jawab organisasi dalam era reformasi dan dalam masa mendatang.
2.4 ANAK LEMBAGA DAN BADAN KHUSUS PGRI
1. Pengertian
a. Anak Lembaga PGRI adalah Lembaga untuk mengelola bidang dan/atau tugas tertentu dalam upaya mencapai tujuan PGRI yang bersifat tetap dan jangka panjang.
b. Badan Khusus PGRI adalah Badan untuk melaksanakan program tertentu, dan dalam waktu tertentu yang ditetapkan forum organisasi, baik sebagai upaya mencapai sasaran program PGRI maupun dalam upaya kerja sama dengan pihak lain.
2. Persamaan dan Perbedaan Anak Lembaga dan Badan Khusus
Persamaannya yaitu keduanya adalah perangkat kelengkapan organisasi. Perbedaanya yaitu kegiatan yang dilaksanakan.
No. Perihal Anak Lembaga Badan Khusus
1. Bentuk Badan Hukum Tidak harus Badan Hukum
2. Pembentukan Oleh Pengurus Besar Tidak harus Pengurus Besar
3. Ruang Lingkup Nasional Nasional atau Regional
4. Tugas Bidang tertentu Program tertentu
5. Sifat Permanen Dapat tidak permanen
6. Fungsi Pengelolaan Pelaksanaan
7. Waktu Jangka Panjang Dapat jangka pendek
8. Sumber Tujuan PGRI Program PGRI
9. Tujuan/Sasaran Mencapai tujuan PGRI Mencapai sasaran program
3. Badan Khusus dan Tnggung Jawabnya
a. Ketentuan mengenai tugas, fungsi, dan susunan serta cara kerja badan khusus diatur dalam peraturan tersendiri.
b. Badan khusus yang dibentuk oleh PGRI harus tunduk kepada semua peraturan dan keputusan PGRI sebagai induk organisasi.
4. Fungsi dan Kegiatan Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan PGRI yang selanjutnya disebut YPLP PGRI
a. Mendirikan dan menyelenggarakan serta membina lembaga-lembaga pendidikan.
b. Melaksanakan atau menyelenggarakan penelitian dan percobaan dib idang pendidikan.
c. Menyelenggaran penataran bagi tenaga kependidikan yang bekerja pada lembaga pendidikan PGRI.
5. Fungsi dan Kegiatan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum PGRI yang selanjutnya disebut LKBH PGRI
a. Menyelengarakan pemberian konsultasi dan bantuan hokum baik di dalam maupun di luar pengadilan.
b. Mengadakan ceramah, diskusi, seminar, penerangan menerbitkan buku, brosur, dan kegiatan lain di bidang hukum.
c. Mengadakan kerja sama dengan lembaga-lembaga dan badan-badan seprofesi serta instansi pemerintah maupun non pemerintah.
NILAI DAN PRINSIP ANTI KORUPSI
A. NILAI-NILAI ANTI KORUPSI
Nilai-nilai anti korupsi meliputi kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan.
1. KEJUJURAN
Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan mahasiswa tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya (Sugono;2008).
2. KEPEDULIAN
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan (Sugono : 2008). Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang mahasiswa dalam kehidupan di kampus dan di masyarakat. Sebagai calon pemimpin masa depan, seorang mahasiswa perlu memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik lingkungan di dalam kampus maupun lingkungan di luar kampus.
3. KEMANDIRIAN
Kondisi mandiri bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan karakter kemandirian tersebut mahasiswa dituntut untuk mengerjakan semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri dan bukan orang lain (Supardi : 2004).
4. KEDISIPLINAN
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (Sugono : 2008). Dalam mengatur kehidupan kampus baik akademik maupun sosial mahasiswa perlu hidup disiplin.
Manfaat hidup disiplin adalah mahasiswa dapat mencapai tujuan hidupnya dengan waktu yang lebih efisien. Disiplin juga memuat orang lain percaya dalam mengelola suatu kepercayaan.
5. TANGGUNG JAWAB
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunyha (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono : 2008).
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu dari sebuah peraturan yang salah, baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga merupakan suatu pengabdian atau pengorbanan. Maksudnya pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, atau satu ikatan dari semua itu dilakukan dengan ikhlas.
6. KERJA KERAS
Bekerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan. Di dalam kampus, para mahasiswa diperlengkapi dengan berbagai ilmu pengetahuan. Di situlah para pengajar agar setiap usaha kerja keras mahasiswa dan juga arahan-arahan kepada mahasiswa tidak menjadi sia-sia.
7. SEDERHANA
Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak mahasiswa mengenyam masa pendidikannya. Dengan gaya hidup sederhana, setiap mahasiswa dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua kebutuhannya.
Dengan menerapkan prinsip hidup sederhana, mahaiswa dibina untuk memprioritaskan kebutuhan di atas keinginannya.
8. KEBERANIAN
Rasa percaya kepada diri sendiri adalah mutlak perlu, karena mahasiswa harus memelihara rasa percaya kepada diri sendiri secara terus menerus, supaya bisa memperkuat sifat-sifat lainnya. Jika mahasiswa percaya kepada diri sendiri, maka hal ini akan terwujud dalam segala tingkah laku mahasiswa.
9. KEADILAN
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak. Bagi mahasiswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak masa perkuliahannya agar mahasiswa dapat belajar mempertimbangkan dan mengambil keputusan secara adil dan benar.
B. PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI
1. AKUNTABILITAS
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga mempertanggungjawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada level lembaga (Bappenas : 2002). Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam sektor bisnis, masyarakat, public, maupun interaksi antara ketiga sektor.
2. TRANSPARANSI
Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah transparansi. Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh public (Prasojo : 2007).
3. KEWAJARAN
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif, dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.
4. KEBIJAKAN
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran Negara oleh para pejabat negara.
5. KONTROL KEBIJAKAN
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Pada prinsip ini, akan dibahas mengenai lembaga-lembaga pengawasan di Indonesia, self-evaluating organization, reformasi sistem pengawasan di Indonesia, problematika pengawasan di Indonesia. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi, dan reformasi.
REFLEKSI
Sebelumnya saya memang menyukai pelajaran yang tidak banyak bergelut dengan angka, seperti mata kuiah Ke-PGRIan ini, dari awal saya memang sudah tertarik, meskipun tidak semua materi bisa saya pahami, tapi setidaknya saya banyak menemukan pengetahuan-pengetahuan baru. Dan dalam bab AD/ART PGRI ini, saya banyak menemukan fakta-fakta baru yang belum saya ketahui sebelumnya. Seperti adanya badan khusus PGRI ataupun tentang anak lembaga. Serta mengenai landasa, sasaran, fungsi, maupun tujuan dari PGRI. Dari hari ke hari, semangat saya untuk mengikuti mata kuliah ini tidak pernah hilang. Disamping itu juga dengan dosen yang menyenangkan. Menjadikan suasana kegiatan belajar menjadi menyenangkan dan tidak membosankan.
PENGEMBANGAN SIKAP PROFESIONAL GURU
BAB I
PENDAHULUAN
PENGEMBANGAN SIKAP PROFESSIONAL GURU
1.1 Latar Belakang Masalah
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan di sekolah sekaligus memegang tugas dan fungsi ganda, yaitu sebagai pengajar dan sebagai pendidik. Sebagai pengajar guru hendaknya mampu menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru diharapkan dapat membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri (Deden, 2011). Namun demikian, untuk mengetahui keterlaksanaan tugas guru tersebut, diperlukan penilaian kinerja dengan kriteria-kriteria penilaian yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Hakikat dan Makna Sains, Teknologi, dan Seni Bagi Manusia
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Pada hakekatnya manusia telah diberi anugrah oleh Tuhan Yang Maha Kuasa berupa akal dan nafsu, akal dan nafsu inilah yang mendorong manusia untuk menciptakan sesuatu yang dapat mewujudkan cita-cita atau penghargaannya. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut manusia telah menciptakan sains, teknologi dan seni sebagai salah satu sarana sehingga sejak saat itu kehidupan manusia mulai berubah. Selain itu sains, teknologi, dan seni juga telah mempengaruhi peradapan manusia dalam kehidupannya terutama dalam bidang sosial dan budaya.
Jumat, 20 Juli 2018
Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
PMRI berkembang berawal dari pembelajaran yang dilakukan di Belanda, dengan sebutan Realistic Mathematic Education (RME). Fruedenthal mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realitas dan aktivitas manusia. Matematika sebagai aktivitas manusia, maksudnya manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika.
Treffers (1991) mengklasifikasikan empat pendekatan
pembelajaran matemaika, yaitu mekanistik, emperistik, strukturalis, dan
realistik. Mekanistik lebih memfokuskan pada Drill, emperistik lebih menekankan
matematisasi horisontal (pengidentifikasian, perumusan dan pemvisualan masalah
dalam cara yang berbeda, merumuskan masalah kehidupan sehari-hari ke dalam
bentuk matematika) , strukturalis lebih menekankan pada matematisasi vertikal (memperbaiki model, menggunakan model yang berbeda, memadukan dan
mengombinasikan model, membuktikan keteraturan, merumskan konsep matematika
yang baru), sedangkan realistik memberikan perhatian yang seimbang antara
matematisasi horisontal dan vertikal.
Menurut Streefland (1991) prinsip utama dalam belajar mengajar yang
berdasarkan pada pengajaran realistik adalah:
a.
Constructing
and Concretizing
Bahwa belajar matematika adalah aktivitas konstruksi.
Karakteristik konstruksi ini tampak jelas dalam pembelajaran, yaitu siswa
menemukan sendiri prosedur untuk dirinya sendiri. Pengkonstruksian ini akan
lebih menghasilkan apabila menggunakan pengalaman dan benda-benda konkret.
b.
Levels
and Models
Belajar
konsep matematika atau keterampilan adalah proses yang merentang panjang dan
bergerak pada level abstraksi yang bervariasi. Untuk dapat menerima kenaikan
dalam level ini dari batas kontesks aritmatika informal sampai aritmatika
formal dalam pembelajaran digunakan model supayadapat menjembatani antara
konkret dan abstrak.
c.
Reflection
and Special Assignment
Belajar
matematika dan kenaikan level khusus dari proses belajar ditingkatkan melalui
refleksi. Penilaian terhadap seseorang tidak hanya berdasarkan pada hasil saja,
tetapi juga memahami bagaimana proses berpikir seseorang. Perlu dipertimbangkan
bagaimana memberikan penilaian terhadap jawaban siswa yang bervariasi.
d.
Social
context and ineraction
Belajar
bukan hanya merupakan aktivitas individu, tetap sesuatu yang terjadi dalam
masyarakat dan langsung berhubungan dengan konteks sosiokutural. Maka dari itu
di dalam belajar, siswa harusdiberi kesempatan bertukar pikiran, adu argumen,
dan sebagainya.
e.
Structuring
and interwining
Belajar
matematika bukan hanya terdiri dari penyerapan kumpulan pengetahuan dan
unsur-unsur keterampilan yang tidak berhubungan, tetapi merupakan kesatuan yang
terstruktur. Konsep baru dan objek mental harus cocok dengan dasar pengetahuan
yang lebih besar atau lebih kecil sehingga dalam pembelajaran diupayakan agar
ada keterkaitan antara yang satu dan yang lainnya.
Berdasarkan pada uraian di atas,
pada dasarnya prinsip atau ide yang mendasari PMRI adalah situasi ketika siswa diberi kesempatan
untuk menemukan kembali ide-ide matematika. Berdasarkan situasi realistik,
siswa didorong untuk mengonstruksi sendiri masalah realistik, karena masalah
yang dikonstruksi oleh siswa akan menarik siswa lain untuk memecahkannya.
Proses yang berhubungan dalam berpikir dan pemecahan masalah ini dapat meningkatkan
hasil mereka dalam masalah.
Langkah-Langkah
1.
Memahami
masalah konstektual
Guru
memberikan masalah (soal) konstektual dan siswa diminta untuk memahami masalah
tersebut. Guru menjelaskan soal atau masalah dengan memberikan petunjuk/saran
seperlunya (terbatas) terhadap bagian-bagian tertentu yang dipahami siswa. Pada
langkah ini karakteristik PMRI yang diterapkan adalah karakteristik pertama.
Selain itu, pemberian masalah kontekstual berarti memberi peluang terlaksananya
prinsip pertama dari PMRI.
2.
Menyelesaikan
masalah konstekstual
Siswa
secara individual disuruh menyelesaikan masalah konstekstual pada buku siswa
atau LKS dengan caranya sendiri. Cara pemecahan dan jawaban masalah yang
berbeda lebih diutamakan. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah
tersebut dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengarahkan
siswa memperoleh penyelesaian soal. Misalnya : bagaimana kamu tahu itu,
bagaimana caranya, mengapa kamu berpikir seperti itu, dll.
Pada
tahap ini siswa dibimbing untuk menemukan kembali tentang ide atau konsep atau
definisi dari soal matematika. Disamping itu, pada tahap ini siswa juga
diarahkan untuk membentuk dan mengguakan model sendiri untuk membentuk dan
menggunakannya guna memudahkan menyelesaikan masalah (soal). Guru diharapkan
tidak memberitahu penyelesaian soal atau masalah tersebut, sebelum siswa
memperoleh penyelesaiannya sendiri.
Pada
langkah ini semua prinsip PMRI muncul, sedangkan karakteristik PMRI yang muncul
adalah karakteristik ke-2, menggunakan model.
3.
Membandingkan
dan mendiskusikan jawaban
Siswa
diminta untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban mereka dalam kelompok
kecil. Setelah itu, hasil dari diskusi itu dibandingkan dengan diskusi kelas
yang dipimpin oleh guru. Pada tahap ini dapat digunakan siswa untuk melatih
keberanian mengemukakan pendapat, meskipun berbeda dengan teman lain atau
bahkan dengan gurunya. Karakteristik PMRI yang muncul pada tahap ini adalah
penggunaan ide atau kontribusi siswa, sebagai upaya untuk mengaktifkan siswa
melalui optimalisasi interaksi antara siswa dan siswa, antara guru dan siswa,
dan antara siswa dan sumber belajar.
4.
Menarik
kesimpulan
Berdasarkan
hasil diskusi kelompok dan diskusi kelas yang dilakukan, guru mengarahkan siswa
untuk menarik kesimpulan tentang konsep, definisi, teorema, prinsip atau
prosedur matematika yang terkait dengan masalah kontekstual yang baru
diselesaikan. Karakteristik PMRI yang muncul pada langkah ini adalah
menggunakan interaksi anatara guru dan siswa.
Kelebihan
-
Pembelajaran
matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang
kehidupan sehari-hari dan kegunaan pada umumnya bagi manusia.
-
Pembelajaran
matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa
matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan
sendiri oleh siswa, tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang
tersebut.
-
Pembelajaran
matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa cara
penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama
antara yang satu dengan orang yang lain. Setiap orang bisa menemukan atau
menggunakan cara sendiri, asalkan orang itu sungguh-sungguh dalam mengerjakan
soal atau masalah tersebut. Selanjutnya, dengan membandingkan cara penyelesaian
yang satu dengan cara penyelesaian yang lain, akan bisa diperoleh cara
penyelesaian yang tepat, sesuai dengan tujuan dari proses penyelesaian masalah
tersebut.
-
Pembelajaran
matematika realstik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa dalam
memperajali matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan
orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri
konsep-konsep matematika dengan bantuan pihak lain yang lebih mengetahui
(guru). Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut, pembelajaran
yang bermakana tidak akan tercapai.
Kekurangan
-
Tidak
mudah untuk mengubah pandangan yang mendasar tentang berbagai hal, misalnya
mengenai siswa, guru, dan peranan sosial atau masalah kontekstual, sedang perubahan
itu merupakan syarat untuk dapat diterapkan PMRI.
-
Pencarian
soal-soal konstektual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut dalam
pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap pokok bahasan
matematika yang dipelajari siswa, terlebih-lebih karena soal-soal tersebut
harus bisa diselesaikan dengan bermacam-macam cara.
-
Tidak
mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar bisa menentukan berbagai cara dalam
menyelesaikan soal atau memeahkan masalah.
-
Tidak
mudah bagi guru untuk memberi bantuan kepada siswa agar dapat melakukan
penemuan kembali konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang dipelajari.
Rabu, 18 Juli 2018
Video Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Berikut adalah Video Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Video ini dibuat bertujuan untuk memberitahukan bagaimana model pembelajaran PBL diterapkan di dalam kelas. bagaimana sikap guru saat mengajar dengan menggunakan model PBL.
Latihan Soal Matematika IPA SMA
Untuk Teman-teman yang mencari soal kuis Matematika IPA SMA, bisa dicoba mengerjakan soal berikut. Caranya mudah, kalian tinggal centang/klik mana jawaban yang kalian anggap benar. Setelah mengerjakan semua soal, klik SUBMIT dan hasil skor kalian akan keluar.
Selamat mencoba, semoga berhasil!
Jumat, 13 Juli 2018
Kuis Matematika Online SD, SMP, SMA
Rabu, 11 Juli 2018
Probabilitas (Peluang) 1
Standart Kompetensi :
Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam pemecaha masalah
Kompetensi Dasar :
Menentukan ruang sampel suatu percobaan
Indikator :
1. Menentukan banyak kemungkinan kejadian dari berbagai situasi
2. Menuliskan himpunan kejadian dari suatu percoobaan
Untuk evaluasi belajar materi ini, kamu dapat mengerjakan soal-soal latihan berikut ini.
1. Pada pelemparan 3 (tiga) uang logam, nyatakan :
a. Ruag sampel dan titik sampel
b. Ruang sampel yang munculnya dua gambar dan satu angka
c. Ruang sampel minimal dua gambar
2. Pada pelemparan dua uang logam dan satu dadu, nayatakan :
a. Ruang sampel dan titik sampel
b. Ruang sampel munculnya mata dadu genap pada dadu
c. Ruang sampel munculnya dua gamar pada uang logam
3. Pada pelemparan satu uang logam dan dua dadu, nyatakan :
a. Ruang sampel dan titik sampel
b. Ruang sampel munculnya mata prima pada dadu
c. Ruang sampel munculnya gambar
Selamat belajar.. semoga video kali ini dapat bermanfaat untukmu :)
Selasa, 10 Juli 2018
Pembelajaran Kontekstual
credit: pixabay.com |
A.
Definisi
Kata
“kontekstual” berasal dari “konteks” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengandung dua arti: 1) bagian sesuatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung
atau menambah kejelasan makna; 2) situasi yang ada hubungan dengan suatu
kejadian.
Pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Problem Posing
credit: pixabay.com |
A. Pengertian Problem Posing
Secara harfiah,
problem posing bermakna
mengajukan soal atau
masalah. Silver (1996:294) mengemukakan batasan problem posing sebagai
berikut The term problem
posing has been
used to refer
both to the
generation of new problems
and to the
reformulation of given
problems. Suryanto (dalam Siswono,1999:26-27) membagi definisi
problem posing menjadi tiga, yaitu:
a. Problem posing adalah perumusan soal
sederhana atau perumusan ulang soal
yang ada
dengan beberapa perubahan
agar lebih sederhana
dan dapat dikuasai. Hal
ini terjadi dalam
pemecahan soal-soal yang
rumit, dengan pengertian bahwa
problem posing merupakan
salah satu langkah
dalam menyusun rencana pemecahan masalah.
Problem Solving
credit: pixabay.com |
A.
Pengertian Problem atau Masalah
Secara umum orang
memahami masalah (problem) sebagai
kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Namun dalam matematika, istilah “problem” memiliki makna yang lebih
khusus. Kata “Problem” terkait erat
dengan suatu pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan problem solving. Jika siswa menghadapi suatu soal matematika, maka
ada beberapa hal yang mungkin terjadi pada siswa, yaitu :
a. Siswa langsung
mengetahui atau mempunyai gambaran tentang penyelesaiannya tetapi tidak
berkeinginan (berminat) untuk menyelesaikan soal itu.
b. Siswa mempunyai
gambaran tentang penyelesaiannya dan berkinginan untuk menyelesaikannya.
c. Siswa tidak
mempunyai gambaran tentang penyelesaiannya akan tetapi berkeinginan untuk
menyelesaikan soal itu.
d. Siswa tidak
mempunyai gambaran tentang penyelesaiannya dan tidak berkeinginan untuk
menyelesaikan soal itu.
Open Ended
credit: pixabay.com |
Open
Ended mengarahkan siswa untuk menggunakan keragaman cara atau metode
penyelesaian sehingga sampai pada suatu jawaban yang diinginkan.Pembelajaran
matematika misalnya, melalui pendekatan Open Ended adalah pembelajaran yang
menggunakan masalah Open Ended dan dimulai dengan memberikan masalah terbuka
kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus membawa siswa dalam menjawab
permasalahan dengan banyak cara dan mungkin juga banyak jawaban yang benar
sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses
menemukan sesuatu yang baru. Dalam menyelesaikan masalah (problem solving),
guru berusaha agar siswa mengkombinasikan pengetahuan, ketrampilan, dan cara
berpikir matematika yang telah dimiliki sebelumnya ( Sawada dalam Muqsudah,
2003: 17).
Selasa, 03 Juli 2018
Lesson Study
credit: pixabay.com |
A. Pengertian Lesson Study
Banyak
orang yang mengartikan mengenai lesson study, dibawah ini merupakan definisi
menurut para ahli :
1. Lesson
study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
(Slamet Mulyana ; 2007)
2.
menurut Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa:“lesson
study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more
obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect
on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process,
supported by collaborative goal setting, careful data collection on student learning,
and protocols that enable productive discussion of difficult issues”.
Langganan:
Postingan (Atom)